SILATURRAHMI ALA MASYARAKAT ACEH
Duduk
ditemani secangkir kopi menjadi kebiasaan yang banyak menyita waktu bagi
pemuda-pemudi bahkan yang sudah tua sekalipun. Warung kopi menjadi tempat
nongkrong yang sangat familiar bagi masyarakat aceh secara umum, Budaya
masyarakat dalam wadah warung kopi lahir semenjak adanya budaya ngopi
dikalangan peutuha aceh pada masa tempo dulu. Sedangkan untuk dewasa ini warung
kopi atau yang disingkat dengan warkop menjadi tempat singgahan pelepas penat
bagi pekerja instansi pemerintah dan non pemerintah, bahkan mahasiswa juga
terlibat didalamnya.
Kebetahan
terlena dengan segelas kopi atau minuman lainnya tidak terlepas dari kebiasaan
sesepuh atau peutuha aceh dahulu yang menyatakan bahwa; nongrong dengan segelas
kopi merupakan wadah nonformal atau forum silaturrahmi mereka,dengan segelas
kopi mereka terbiasa membahas masalah-masalah yang terjadi di level desa, kota,
provinsi bahkan nasional. Ruang lingkup pembahasan permasalahan tidak sempit
bahkan meluas baik sisi agama,budaya,etika,ekonomi,konflik dan lain-lain.
Kebiasaan yang menjadi adat terdahulu terimbas dan terus berjalan normal pada
abad global seperti yang kita rasakan sekarang, kita bisa melihat dan merasakan
suasana yang memang sangat menarik disetiap warkop yang kita singgahi. Abad
millenium ini mengajak pemilik warkop untuk berlomba-lomba menyediakan
fasilitas yang sesuai dengan tuntutan global, hal ini mesti diwujudkan agar
perkembangan dan kemajuan akses pelanggan dalam ranah berkumpul di warung
mereka puas dan nyaman.
Ada
perbedaan kontroversi perkumpulan di warkop dewasa ini, warkop sekarang
dijadikan sebagai wadah silaturrahmi yang banyak melahirkan pro dan kontra atau
menumbuhkan ideologi positif dan negatif. Perkumpulan yang terjadi pada umumnya
hanya untuk melihat peluang yang tidak halal bahkan mengajak para masyarakat
untuk berpecah-belah, caci-maki,salah menyalahkan, dari hal ini berakar kepada
konflik sosial yang berdampak panjang. Disisi lain ada fakta yang jelas kita
temukan pada generasi muda yang semestinya dunia maya yang tersambung dengan
via WIFI dijadikan sebagai alat yang negatif, bukan proaktif menuju kearah
perkembangan kekayaaan ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Adanya WIFI tersebut
menjadi petaka bagi mereka yang hanya membuang-buang waktu dengan bermain
game,facebook,bahkan mencari bahan-bahan pornografi yang merusak mental dan jiwa
pada umumnya.
Pertanyaannya!Siapakah
yang bersalah?.
Kampus timur universitas Almuslim.
Comments
Post a Comment